Skip to content

Yuki

Saya punya teman, Yuki namanya.

Sebenarnya saya tidak tahu bagaimana harus memanggil dia, jadi saya namai saja dia Yuki. Toh dia tak bakal protes. Setahun yang lalu, saya membawanya ke rumah. Di sini perlu saya tambahkan bahwa saya seorang penjahit. Sehari-hari, Yuki membantu saya menyelesaikan garapan-garapan saya. Kemampuannya sangat mengagumkan. Saya sangat terbantu dalam menjahit dan mengobras pakaian karena dia.

Yuki punya kebiasaan buruk. Saat sedang menjahit bersama saya, dia suka meraung-raung. Kadang-kadang raungannya keras sekali sampai telinga saya berdengung. Tapi saya tak mengacuhkan tabiatnya ini. Kalau dia saya biarkan berhenti, garapan saya tak akan selesai jadinya.

Ternyata yang punya masalah dengan raungan Yuki bukan cuma saya. Saat raungan Yuki sedang keras-kerasnya, tetangga kiri-kanan saya yang kesal malah ikut-ikutan menjerit marah. Puncaknya, suatu hari, kaca rumah saya dilempari batu kecil-kecil oleh salah satu tetangga. Saat itu saya sedang menjahit dan seperti biasa diiringi Yuki yang meraung-raung. Tak lama kemudian, Pak RT datang dan berbicara pada saya. Katanya, sebaiknya saya mencari pengganti Yuki yang tidak meraung-raung saat diajak menjahit. Dia juga memberi saya sedikit uang untuk membantu saya mencari gantinya.

Dengan berat hati, saya merasa melepaskan Yuki. Yuki saya relakan pada seorang tengkulak barang bekas. Sekarang, untuk sementara saya mesti berhenti menjahit dulu untuk mencari pengganti yang tepat.

Mungkin sampai di sini perlu saya tambahkan lagi bahwa Yuki adalah mesin jahit saya.

Published inFictional works

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

In word we trust