- Ajakan untuk “berpikir positif” itu menyesatkan. Kalau kita mau disuruh berpikir positif terus-terusan, sama saja dengan menipu diri sendiri. Karena di dunia ini, tidak semua yang kita jumpai itu hal yang positif bagi kita. Apa iya kalau kita menemui apel busuk kita harus melihatnya sebagai apel yang masih segar?
- Penjelasan dengan analogi, seperti analogi apel di atas sebenarnya hanya bagus untuk retorika saja. Dalam diskusi pemikiran, yang namanya analogi itu harus dijauhkan. Mengapa? Analogi sebenarnya hanya jalan pintas untuk membandingkan hal baru yang ingin seseorang pahamkan dengan hal yang sudah dipahami oleh orang lainnya. Analogi tidak akan pernah bisa menjelaskan keseluruhan konsep pemikiran yang ingin dipahamkan, dan karenanya tidak baik kalau diutamakan dalam diskusi.
- Sebenarnya yang mau kukritik adalah tren motivasi yang sering kita tonton, dengar, atau baca di sekitar kita. Banyak kata-kata motivasi yang kalau kita mau kritisi sedikit akan terlihat cacatnya. Tapi motivasi itu bisa terlihat indah dan menyentuh karena penyampaiannya. Entah itu karena untaian kata-katanya yang (sok) puitis atau penyampainnya menggunakan cara yang menarik (misalnya melawak atau bahkan dengan suara yang menggekegar bak ESQ).
- Tapi meski banyak dari isi motivasi yang sebenarnya dangkal, kenapa orang tetap menyukainya? Mungkin karena orang lebih suka dihibur dengan kata-kata yang indah daripada diberikan motivasi sesungguhnya. Orang lebih suka dengan, “semua hal tercipta karena ada maksudnya,” daripada: “bangkitlah bila engkau gagal” karena itu lebih menenangkan untuk mereka. Meski itu hanya akan menyembunyikan masalah sebenarnya.
Melawan Paradigma
Published inThoughts
kupikir di akhir semuanya balik ke gimana orang bisa nemu jalannya sendiri.