Skip to content

Tag: analogi

Kritik atas Analogi

Analogi sebenarnya diciptakan untuk memudahkan penalaran, bukan sebagai bagian dari proses menalar itu sendiri. Tapi kebanyakan orang yang ingin menyampaikan hikmah (seperti mubalig atau motivator) merumuskan semua pesan yang ingin mereka sampaikan dengan cara membuat analogi. Akibatnya, seringkali pemahaman orang hanya terpaku pada analoginya dan bukan hal yang dianalogikan.

Memakai terlalu banyak analogi hanya bakal membatasi pemikiran kita. Oleh karena itu, gunakan analogi seperlunya. Jika suatu hal bisa dipahami tanpa harus disederhanakan dengan analogi, apa salahnya kalau disampaikan langsung?

Kalau kau berpikiran bahwa menghindari analogi berarti mengabaikan keindahan, pikirkan lagi. Metafora, analogi, pengandaian, atau apapun namanya tidak selamanya membuat suatu ide menjadi indah. Malahan, gambaran-gambaran itu akan memicu kerancuan dan perbedaan tafsir yang merusak esensi ide yang kausampaikan. Majas bukan cuma metafora, ada belasan majas lain yang bisa digunakan untuk memperindah penyampaian gagasanmu.

Hati-hatilah, karena bergantung pada analogi adalah salah satu tanda malas berpikir. Ketika orang malas berpikir, maka ia akan kehilangan kekritisan terhadap ide-ide yang ia peroleh. Saat kekritisan kian tumpul, jalan bagi indoktrinasi akan terbentang lebar.

2 Comments

Melawan Paradigma

  1. Ajakan untuk “berpikir positif” itu menyesatkan. Kalau kita mau disuruh berpikir positif terus-terusan, sama saja dengan menipu diri sendiri. Karena di dunia ini, tidak semua yang kita jumpai itu hal yang positif bagi kita. Apa iya kalau kita menemui apel busuk kita harus melihatnya sebagai apel yang masih segar?
  2. Penjelasan dengan analogi, seperti analogi apel di atas sebenarnya hanya bagus untuk retorika saja. Dalam diskusi pemikiran, yang namanya analogi itu harus dijauhkan. Mengapa? Analogi sebenarnya hanya jalan pintas untuk membandingkan hal baru yang ingin seseorang pahamkan dengan hal yang sudah dipahami oleh orang lainnya. Analogi tidak akan pernah bisa menjelaskan keseluruhan konsep pemikiran yang ingin dipahamkan, dan karenanya tidak baik kalau diutamakan dalam diskusi.
  3. Sebenarnya yang mau kukritik adalah tren motivasi yang sering kita tonton, dengar, atau baca di sekitar kita. Banyak kata-kata motivasi yang kalau kita mau kritisi sedikit akan terlihat cacatnya. Tapi motivasi itu bisa terlihat indah dan menyentuh karena penyampaiannya. Entah itu karena untaian kata-katanya yang (sok) puitis atau penyampainnya menggunakan cara yang menarik (misalnya melawak atau bahkan dengan suara yang menggekegar bak ESQ).
  4. Tapi meski banyak dari isi motivasi yang sebenarnya dangkal, kenapa orang tetap menyukainya? Mungkin karena orang lebih suka dihibur dengan kata-kata yang indah daripada diberikan motivasi sesungguhnya. Orang lebih suka dengan, “semua hal tercipta karena ada maksudnya,” daripada: “bangkitlah bila engkau gagal” karena itu lebih menenangkan untuk mereka. Meski itu hanya akan menyembunyikan masalah sebenarnya.
Leave a Comment
In word we trust