Skip to content

Tag: asli random

1021

It’s December already. So what? I realized how little have I accomplished for nearly a year. Weeell, anyhow, I just feel not like blogging these times around. But, I feel obliged (?) to at least keep my blog updated.

And so this post was made. [sarcasm]Enjoy.[/sarcasm]

1 Comment

909

Selepas pulang sekolah, aku langsung melempar tas dan jaketku ke dalam kamar. Sejurus kemudian, aku sudah berada di atas atap rumah. Entah apa yang kulakukan. Matahari sudah berada di ufuk barat. Dalam pemandanganku, semua benda tampak memantulkan sinar jingga.

Sebenarnya aku tak suka melihat pemandangan seperti ini. Semua benda yang termandikan sinar jingga itu terlihat seperti akan musnah. Semakin lama, sinar itu semakin pekat sampai aku tak dapat melihat apapun yang tak jingga. Sinar jingga itu akhirnya membuatku tak bisa lagi membedakan benda-benda di sekitarku.

Senja itu semisal sekarat. Ia membatasi hari yang hidup dengan malam yang mati. Matahari seolah hendak mencabut nyawaku seraya terus terbenam. Aku bisa melihat bunga-bunga yang mekar di taman tetanggaku sebentar lagi akan layu. Rumah-rumah, gedung-gedung tinggi, dan menara-menara semuanya akan lapuk dan hancur dimakan usia suatu hari kelak. Ya, ternyata semua yang ada di dunia ini fana!

Aku mulai berpikir tentang impian, keberhasilan, dan cinta yang dipaksa menunggu. Semuanya kelak akan musnah seiring aku mendekati kematian. Aku pun tentu takkan tahu kapan kematian itu akan tiba.

Angin yang sepoi ditambah matahari yang sedang kembali ke peraduannya membuat kesadaranku semakin kabur. Seiring hilangnya kesadaranku, aku mulai menggumam soal hidup dan mati.

Sudah hampir maghrib, entah siapa nanti yang membangunkanku.

Leave a Comment

Tomodachi ga…

Agak lucu juga rasanya baca-baca blog dua orang yang sepertinya lagi galau

Ehm, di sini aku nggak akan membahas soal itu.

Aku yang sejak kecil dibesarkan dengan tontonan film dan anime sudah sering mendengar kata persahabatan. Entah kenapa, meskipun digambarkan dengan sangat unyu (gak tau deh apa istilah yang bagus) aku sama sekali nggak terkesan. Kenapa? Mungkin karena aku memang bukan orang yang supel dan punya banyak teman.

Tapi tunggu, kayaknya masalahnya gak berhenti di situ. Aku sadar kalau ternyata aku sangat egosentris (kalau nggak mau dibilang egois), dan sepertinya sifat seperti itu yang mengahalangiku untuk berteman. Ditambah lagi kemampuanku untuk bersikap dan berkomunikasi yang cukup…. yah begitulah.

Sebenarnya definisi pertemanan itu apa? Sampai di titik ini aku merasa persahabatan yang digambarkan di film-film itu pathetic. Mungkin memang indah ketika seseorang membagi perasaannya dengan orang lain. Dan barangkali memang adanya teman itu yang meneguhkan hati seseorang. Tapi satu hal yang kusadari bahwa sebenarnya apapun bisa dengan mudah memisahkan dua orang teman. Apapun. Dan ketika seseorang sudah terpisah dari temannya, pasti ia akan kehilangan keseimbangan dalam hidupnya.

Lantas apa itu membuatku jadi seorang antisosial? Ya jelas nggak. Pada dasarnya, aku orang yang butuh untuk diperhatikan. Hanya saja aku tidak mau jadi orang yang tergantung pada orang lain, karena semua ketergantungan itu pada dasarnya jelek (rasanya pengecualiannya nggak perlu disebut di sini).

Toh, setidaknya aku masih punya “teman”, entah apa itu artinya. Setidaknya, ketika aku punya orang yang mengenalku dan bisa sedikit memperhatikanku pada saat tertentu (tidak harus setiap saat!), aku merasa cukup dengan itu. Di luar itu, aku bisa berdiri sendiri. Atau setidaknya aku merasa seperti itu.

5 Comments
In word we trust