I always thought that my struggle will soon come to an end. But what I expected was the end actually is the beginning of something new.
Because I am leveling up. And humans can’t stop leveling, aren’t they?
Leave a CommentI always thought that my struggle will soon come to an end. But what I expected was the end actually is the beginning of something new.
Because I am leveling up. And humans can’t stop leveling, aren’t they?
Leave a CommentTiga tahun di SMA ini bener-bener cepat. Apalagi kehidupanku selama ini banyak disedot kegiatan-kegiatan di luar pelajaran. Alhasil, di malam sebelum UAS seperti ini aku selalu harus ngebut materi satu semester. Apalagi kalau pelajarannya MIPA (yeah, natural sciences is just not for me).
Katanya sih, beban pelajaran di Indonesia itu termasuk yang paling berat di dunia. Berdasarkan dari cerita murid-murid sekolahku yang pernah ikut program sister-school, pelajaran di luar negeri memang lebih sedikit dan terfokus. Materi-materi yang diajarkan di Indonesia pun juga seringkali nggak tanggung-tanggung susah dan banyaknya.
Tapi, anehnya, nggak banyak siswa Indonesia yang berprestasi waktu ikut ujian internasional. Dengan sajian materi yang cenderung nggak berubah selama dua puluhan tahun, nyatanya kompetensi siswa Indonesia belum bisa mengimbangi siswa luar negeri. Jadi kenapa dengan materi yang boleh dibilang lebih unggul, kualitas lulusan sekolah di Indonesia masih rendah?
Yang jelas, aku harus belajar. Sekarang.
3 CommentsAgak lucu juga rasanya baca-baca blog dua orang yang sepertinya lagi galau
Ehm, di sini aku nggak akan membahas soal itu.
Aku yang sejak kecil dibesarkan dengan tontonan film dan anime sudah sering mendengar kata persahabatan. Entah kenapa, meskipun digambarkan dengan sangat unyu (gak tau deh apa istilah yang bagus) aku sama sekali nggak terkesan. Kenapa? Mungkin karena aku memang bukan orang yang supel dan punya banyak teman.
Tapi tunggu, kayaknya masalahnya gak berhenti di situ. Aku sadar kalau ternyata aku sangat egosentris (kalau nggak mau dibilang egois), dan sepertinya sifat seperti itu yang mengahalangiku untuk berteman. Ditambah lagi kemampuanku untuk bersikap dan berkomunikasi yang cukup…. yah begitulah.
Sebenarnya definisi pertemanan itu apa? Sampai di titik ini aku merasa persahabatan yang digambarkan di film-film itu pathetic. Mungkin memang indah ketika seseorang membagi perasaannya dengan orang lain. Dan barangkali memang adanya teman itu yang meneguhkan hati seseorang. Tapi satu hal yang kusadari bahwa sebenarnya apapun bisa dengan mudah memisahkan dua orang teman. Apapun. Dan ketika seseorang sudah terpisah dari temannya, pasti ia akan kehilangan keseimbangan dalam hidupnya.
Lantas apa itu membuatku jadi seorang antisosial? Ya jelas nggak. Pada dasarnya, aku orang yang butuh untuk diperhatikan. Hanya saja aku tidak mau jadi orang yang tergantung pada orang lain, karena semua ketergantungan itu pada dasarnya jelek (rasanya pengecualiannya nggak perlu disebut di sini).
Toh, setidaknya aku masih punya “teman”, entah apa itu artinya. Setidaknya, ketika aku punya orang yang mengenalku dan bisa sedikit memperhatikanku pada saat tertentu (tidak harus setiap saat!), aku merasa cukup dengan itu. Di luar itu, aku bisa berdiri sendiri. Atau setidaknya aku merasa seperti itu.
5 CommentsSebenarnya blog ini makin penuh dengan postingan yang kurang bermutu, tapi anehnya follower dan jumlah kunjungan perharinya semakin banyak.
Sekalian minta maaf kepada pembaca atas kesalahan-kesalahan saya (kalau ada).