Tiga tahun di SMA ini bener-bener cepat. Apalagi kehidupanku selama ini banyak disedot kegiatan-kegiatan di luar pelajaran. Alhasil, di malam sebelum UAS seperti ini aku selalu harus ngebut materi satu semester. Apalagi kalau pelajarannya MIPA (yeah, natural sciences is just not for me).
Katanya sih, beban pelajaran di Indonesia itu termasuk yang paling berat di dunia. Berdasarkan dari cerita murid-murid sekolahku yang pernah ikut program sister-school, pelajaran di luar negeri memang lebih sedikit dan terfokus. Materi-materi yang diajarkan di Indonesia pun juga seringkali nggak tanggung-tanggung susah dan banyaknya.
Tapi, anehnya, nggak banyak siswa Indonesia yang berprestasi waktu ikut ujian internasional. Dengan sajian materi yang cenderung nggak berubah selama dua puluhan tahun, nyatanya kompetensi siswa Indonesia belum bisa mengimbangi siswa luar negeri. Jadi kenapa dengan materi yang boleh dibilang lebih unggul, kualitas lulusan sekolah di Indonesia masih rendah?
Yang jelas, aku harus belajar. Sekarang.
Oh, kau masih SMA tapi udah mikirin hal-hal berat kayak gini? Hoo.
Eniwei, waktu kesita ama hal-hal di luar pelajaran bukan hal yang buruk kok. Terus, ya. Emang pendidikan di Indonesia masih gado-gado dan belum tralu beriorientasi tujuan. Entah bakal kayak gini ampe kapan.
Sepertinya baru akan berubah kalau efeknya sudah terasa, entah kapan. 😛
ndang dadio mentri pendidikan