Skip to content

Cara Menulis Skripsi yang (Tidak) Baik dan (Tidak) Benar

(Tulisan ini adalah himpunan dari twibung yang sempat kubuat beberapa waktu yang lalu.)

Bukan alay kalau ada orang yang bilang nulis skripsi itu susah, dan memang jangan diremehkan kalau ada yang bilang begini. Nggak sedikit orang yang kena masalah kesehatan mental gara-gara skripsi. Jangan sampe gitu ya, rek.

Nah, untuk itu, mari kita bahas beberapa hal yang harus dihindari (dan jika sudah telanjur terjadi, sebaiknya segera diperbaiki) ketika menulis skripsi. Tentunya karena jurusanku sendiri Sastra Inggris, penjelasannya juga akan berkait dengan skripsi di jurusan ini, walaupun bisa juga digunakan buat jurusan lain (to some extent).

Harapannya, dari penjelasan ini, teman-teman nggak bingung dalam proses menulis skripsi sehingga hasilnya pun bisa sesuai dengan yang teman-teman harapkan. 😉

Oke, mulai ya:

#1 : Nggak tahu kenapa harus nulis skripsi

Buat apa sih susah-susah nulis skripsi? Sejujurnya, boleh aja kita protes begini karena toh di luar negeri sekalipun nggak banyak negara yang mewajibkan mahasiswa S1-nya untuk bikin skripsi.

Tapi karena toh semua akan nulis skripsi pada waktunya, kita harus paham dulu tujuan dari adanya skripsi ini.

My take is, skripsi itu secara umum bisa jadi sarana untuk membuktikan bahwa kita sudah memahami apa yang kita pelajari waktu kuliah.

Pemahaman itu dibuktikan dengan cara menganalisis kejadian yang ada di dunia dengan kacamata disiplin ilmu yang kita geluti. Jangan tanya itu definisi dari mana karena itu buatanku sendiri, tapi rasanya nggak akan bertentangan dengan deskripsi mata kuliah di buku kok hehehe.

Artinya, skripsi yang kita buat jangan sampai keluar dari gambaran di atas. Jangan bikin skripsi yang terlalu teoretis, yang di situ kita munculkan gagasan baru di luar kajian terdahulu. Ini akan menyusahkan kita waktu sidang, dan biasanya dosen pembimbing juga akan mengoreksi kok. Jangan pula bikin skripsi yang susah dikaji secara ilmiah (contoh: pengaruh golongan darah terhadap cara pemerolehan bahasa), apalagi yang di luar materi kuliah.

Intinya sih, jangan nulis dengan pokok bahasan yang “terlalu ilmiah” ataupun “kurang ilmiah”. Tulislah skripsi yang sifatnya deskriptif dan topiknya dekat dengan keseharian aja. Artinya, di situ teman-teman mengamati fenomena terjadi dan menuliskannya sesuai pemahaman yang kalian dapat di materi kuliah.

Akan baik kalau skripsi yang kita tulis itu sesuai dengan minat kita. Lebih bagus lagi kalau sesuai dengan profesi yang ingin kita tekuni di masa depan, walaupun ini juga nggak wajib. Misalnya, kalau nanti pengennya jadi translator, ya bikin aja skripsi tentang perbandingan machine translation dengan terjemahan manual manusia. Kalau kamu pengen jadi copywriter, bikin aja kajian semiotik/SFL/dll. soal media iklan di perusahaan yang bagus.

Itu yang pertama. Jadi teman-teman harus sadar dulu kalau skripsi itu menguji pemahaman kita soal apa yang kita pelajari waktu kuliah. Jadi jangan sampai melenceng dari ini. Lanjut~

#2 : Tidak memilih topik penelitian yang menarik

Despite of what people often say, Sasing itu urusannya bukan cuma bikin puisi atau akting drama-dramanya Syekspir. Banyak sekali yang bisa dikaji. Saking banyaknya, seringkali ada yang bingung soal apa yang mau dijadikan topik.

Nah ini ada hubungannya sama poin pertama tadi. Setelah paham apa yang harus ditulis di dalam skripsi, persoalannya sekarang adalah topik bahasan apa yang menarik buat ditulis di skripsi. Harus menarik dong, karena nanti kita harus mempertahankan hasil kajian kita di depan penguji. Biasanya, kalau sudah tertarik, apa yang kita tulis betul-betul bisa kita pahami.

Terus caranya dapat topik yang menarik buat skripsi gimana? Ada 2 hal yang harus diperhatikan.

Yang pertama, tentu kamu harus tahu dulu minatmu di mana. Nah ini untungnya lagi kuliah di Sasing. Practically anything can be related to what we do in our major, entah itu linguistics, cultural studies, atau literature. Suka sepak bola? Bisa analisis komentarnya Bung Valentino Simanjuntak dari segi pragmatiknya. Suka make up? Bisa analisis tentang perbedaan penguasaan kosakata warna di antara laki-laki dan perempuan. Suka nge-game? Bisa analisis gaya bahasa dalam in-game interaction di antara para pemainnya.

Yang kedua, setelah kamu menemukan hal menarik yang ingin kamu tulis buat skripsi, kamu juga harus bisa memilih konsep dan teori apa yang bisa dipakai buat menganalisis kejadian yang ada dalam minatmu itu. Jangan dibalik. Jangan milih konsep/teori/kajiannya dulu sebelum milih objek. Yang ada nanti kalian bakal bingung mencocokkan teori sama objeknya, yang itu baru bisa kalian lakukan setelah mempelajari dari berbagai sumber.

Ini poin bahasan kita selanjutnya.

#3 : Tidak mengenal area kajian yang ditulis di skripsi

Sudah paham tujuan skripsinya, sudah dapat objek, dan sudah nemu teori yang bisa dipakai. Nah, sering ada yang pada akhirnya nggak bisa menulis dengan lancar karena kurang paham dengan batasan-batasan kajian mereka.

Misalnya, ada yang mau nulis soal code-switching di vlog-nya Sacha Stevenson (contoh ngawur aja ini), tapi sendirinya kurang paham apa sih yang dibahas dalam konsep code-switching itu? Apa bedanya code-switching dengan code-mixing? Biasanya yang begini ini terjadi karena sekadar mencocokkan topik skripsi dengan teori/konsep yang dipakai. Padahal yang juga penting adalah memastikan bahwa kita paham teori/konsep yang nanti dijadikan dasar menulis skripsi.

 

Kalau kita nggak sadar soal ini dari awal, akibatnya kita bakal kebingungan waktu nulis skripsi. Bisa jadi gara-gara ternyata objek yang kita punya susah dijabarkan dengan teori kita. Bisa juga gara-gara dosen pembimbing pun kurang sreg dengan ide yang kita punya.

Nah caranya gimana supaya kita paham landasan teori kita? Ya banyak belajar dong, masak banyak browsing Instagram. Belajar nggak harus lewat buku atau artikel jurnal yang kita dapat di kelas aja, kok. Di internet banyak tutorial soal linguistik, kajian budaya, atau sastra. Malah ada video-videonya juga di YouTube. (Moga-moga nanti bisa bikin postingan soal ini).

Pastikan teman-teman mengumpulkan beberapa catatan dari buku/artikel/video/halaman web yang teman-teman baca, jadi sekalian nabung referensi gitu lah ceritanya.

Jangan cuma sumbernya aja yang dikumpulin, tapi kalau bisa kalian punya catatan mengenai tiap sumber yang isinya rangkuman (kalo ada abstrak ya abstraknya aja di-copas ke catatanmu) sama bagian-bagian menarik yang bisa dimasukkan dalam skripsi.

Lanjut yok.

#4 : Nggak membangun hubungan yang baik dengan dosen pembimbing

Nah ini yang sangat penting. Kayaknya sudah jadi rahasia umum kalau banyak mahasiswa yang punya hubungan kurang harmonis sama dosen pembimbingnya. Entah susah ketemu, entah gak sepakat terus soal skripsinya, banyak lah.

Menurutku sih hal-hal kayak begini muncul karena mahasiswanya cenderung menganggap kalau skripsi itu sama kayak tugas kuliah biasanya, yang tinggal dikerjaiiiin terus sampe selesai.

Padahal, idealnya cara ngerjakan skripsi nggak seperti itu. Aku lebih suka menganggap skripsi itu sebagai tugas kelompok, yang kamu adalah salah satu anggotanya.

Lha terus siapa lagi anggota kelompoknya? Ya dosen pembimbing. 😀 Biasanya ini kelihatan waktu kita nulis artikel jurnal, yang di situ dosen juga dimasukkan sebagai salah satu penulis di samping nama kita.

Nah, sebagaimana “tugas kelompok” pada umumnya, kita juga harus teliti dong dalam menentukan “teman sekelompok” kita. :)) Apalagi “teman sekelompok” ini juga yang berperan dalam menentukan nilai kita. Makanya, pilihlah dosbing yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Yang perlu dipertimbangkan bukan hanya soal bidang keahlian dan minat riset dosennya aja, tapi juga cara beliau dalam membimbing. Nah ini yang seringkali kelupaan dalam mempertimbangkan calon dosbing.

Ada dosbing yang dari awal sudah ngasih masukan soal judul apa yang bisa diteliti beserta teorinya. Malah bisa jadi dosen dan rencana skripsinya sudah satu paket. (haha)  Biasanya ini dilakukan oleh dosen yang memang punya kegiatan riset yang perlu melibatkan banyak peneliti.

Ada lagi dosbing yang lebih memosisikan diri sebagai partner diskusi. Jadi waktu bimbingan, kamu harus siap dengan bahan yang mau kamu ajukan, dan harus siap juga didebat sama sang dosbing. Dari situ, harapannya waktu sidang nanti kamu sudah punya kepercayaan diri dan argumentasi yang kuat.

Ada pula dosbing yang lebih berperan untuk ngecek skripsimu, entah itu dari segi bahasa/penulisan atau dari isinya. Selama kamu bisa memakai konsep-konsep dan menjalankan metodemu dengan benar, beliau akan oke-oke saja.

Jadi intinya, bikin pertimbangan yang matang dulu sebelum memilih dosbing, karena ini akan mempengaruhi caramu nulis skripsi nantinya.

Oh ya, jangan nunggu sampai ngisi formulir K08 (pendaftaran mata kuliah Thesis) buat nyari dosbing. Yang lebih bagus, konsultasilah ke dosbing incaranmu dari awal, bahkan kalo bisa sejak kamu ambil matkul proposal/TWD.

Kalo sudah ada komunikasi sejak dini gini, selama mahasiswa bimbingan beliau nggak terlalu banyak, kayaknya bakal lebih gampang buat dapat dosbing yang kalian inginkan.

Ketika sudah dapat dosbing, jangan lupa buat menentukan jadwal bimbingan dan metode bimbingan dengan dosbing dari awal. Misalnya, apakah beliau mau menerima hasil kerjaan kita dalam bentuk print-out atau malah harus via e-mail? Kapan deadline buat menyerahkan draf sebelum bimbingan? Dan sebagainya.Kalau ketentuan udah jelas dari awal, kan nanti sama-sama enak, nggak saling bingung kayak lagi nyari sandal ketuker di masjid~

Next!

#5 : Nggak membuat rencana penulisan yang baik

Nah yang terakhir, tapi juga paling krusial, hati-hati dengan waktu. Skripsi beda dengan mata kuliah lainnya yang punya silabus dan agenda per pertemuan. Dalam menulis skripsi, kamu harus bisa memetakan sendiri apa yang mau kamu kerjakan selama satu semester skripsi.

Artinya, segala macam tetek bengek skripsi sebaiknya sudah kamu pikirkan sejak awal. Berapa kali harus bimbingan? Bulan apa harus ganti bab? Bulan apa semuanya sudah harus jadi?

Kalau teman-teman nggak memperhatikan ini, bisa jadi masalah di belakang waktu mau mengajukan sidang. Entah itu jumlah bimbingannya kurang lah, masih banyak revisi lah, atau malah lupa menuhin syarat ELPT/tes bahasa Inggris yang lain. Bisa-bisa mundur pula nanti sidangnya.

Saranku, supaya teman-teman bisa estimasi waktu dengan baik, bikinlah timeline pengerjaan dari belakang. Ambil satu tanggal yang di situ skripsi harus sudah final dan tinggal di-submit buat mendaftar sidang.

Dari situ, mundur ke belakang. Kapan bab 5 harus selesai revisi? Kapan bimbingannya? Kapan bab 4 harus jadi? Dan seterusnya sampai kamu tiba di tanggal hari ini, atau awal semester lah paling nggak.

Harapannya dengan ada timeline itu teman-teman jadi berkurang takutnya akan skripsi, karena pekerjaan besar itu sudah di-breakdown jadi tugas-tugas yang lebih kecil dan manageable. Lagian ngapain juga takut, toh skripsi ngga makan orang kayak Badut Pennywise~

Satu lagi. Akan bagus kalau kamu bikin presentasi TWD (thesis writing design a.k.a proposal skripsi)/skripsi dulu sebelum ngerjain the real thing-nya. Lho kenapa? PPT yang kamu bikin itu bisa berfungsi sebagai outline, sehingga waktu nulis nanti kamu nggak kehilangan arah atau kebingungan.

Skripsi itu minimalnya aja bisa sampe 50 halaman/14000 kata lho. Makanya kalo nggak ada kerangka berpikir sebelumnya, bisa jadi tulisan kita bakal gak nyambung atau melebar ke mana-mana.

Ini juga bisa jadi semacam persiapan mental dikit-dikit menuju sidang. Kalo kamu udah lihat dan utak-atik PPT dari awal, Insyaallah nggak begitu deg-degan lah nanti waktu ketemu penguji.

Besides, lebih gampang mengembangkan ide-ide dari outline yang kita buat di presentasi ketimbang bikin presentasi dari skripsi kita yang sudah luar biasa panjangnya itu.

Satu lagi yang penting: SIMPEN SKRIPSI KALIAN DI CLOUD STORAGE. Mau di Google Drive, OneDrive, Dropbox, Idup.in, Indowebster, Stafaband, bebas! Asal jangan simpen di hard-disk, apalagi di flashdisk atau HP. Duh, jangan. Ga perlu dijelasin kenapanya kan?

Byuh ternyata panjang juga ya. Kalau ada yang kurang jelas, tanya aja ke saya, jangan nanya ke peramal zodiak atau tarot~

Kalau niatnya bagus dan cara ngerjakannya baik, sebetulnya skripsi itu nggak sesusah itu kok. Moga-moga skripsi teman-teman lancar dan hasilnya bisa memuaskan. Good luck!

Published inThoughts

Be First to Comment

  1. Mas, baca ini saya jadi makin deg-degan, loh (padahal sebelumnya biasa aja tuh, hehe). Tapi, lumayan lah untuk pencerahan, semoga ke depannya lancar 🙂 Terima kasih Mas Aan, tipsnya “ngena” banget!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

In word we trust