Skip to content

Tag: sesat pikir

Berpikir Ngawur

Premis mayor     : Semua yang berkaki empat adalah hewan.
Premis minor     : Kucing berkaki empat.
Kesimpulan     : Kucing adalah hewan.

Masih ingat ini? Ya, ini adalah silogisme yang kita pelajari di sekolah. Banyak dari kita mungkin menganggap materi bahasa Indonesia ini remeh dan nggak penting. Toh semua orang juga tahu kalau kucing itu hewan, atau kalau kita belajar pasti lulus ujian (kecuali kalau salah ngurek-ngurek lembar jawaban, jadi hati-hati ya). Pertanyaannya: benarkah silogisme ini nggak penting?

Sebelum membahas yang lain, apa sih silogsime itu? Kata Si Wiki, silogisme berarti proses mengambil kesimpulan dari dua buah pernyataan (biasa disebut premis). Biar lebih jelas, mari kita misalkan pernyataan-pernyataan dalam contoh menjadi huruf:

Premis mayor     : Semua yang berkaki empat adalah hewan. (AB)
Premis minor     : Kucing berkaki empat. (CA)
Kesimpulan         :  Kucing adalah hewan. (CB)

Bisa kita lihat, pernyataan AB dan CA menghasilkan pernyataan baru yaitu CB. Premis mayor dan premis minor menghasilkan sebuah kesimpulan.

Tapi silogisme ini tidak selalu benar. Setidaknya ada dua syarat agar silogisme bisa benar: 1) kedua premisnya benar, dan 2) cara mengambil kesimpulannya benar. Nah, kalau melihat contoh yang kita bahas, apa kalian menyadari sesuatu? Lihat kalimat “Semua yang berkaki empat adalah hewan.” Apakah semua yang berkaki empat itu hewan? Meja dan kursi punya empat kaki, dan mereka bukan hewan. :mrgreen:

Kita bisa tahu dengan cepat kalau yang salah adalah premisnya. Bagaimana kalau cara menyimpulkannya yang salah? Dalam masalah-masalah sepele seperti contoh kita, memang sangat mudah untuk membuat kesimpulan. Masalah yang kita temui sehari-hari tentu lebih rumit. Variabel A, B, C saja nggak cukup. Cara kita untuk mencapai kesimpulan juga berbeda-beda. Inilah yang rawan bikin masalah.

Aris     : Presiden Partai Keracunan Sapi ditangkap ya?
Asna    : Beliau kan orangnya alim, pinter bahasa Arab lagi. Nggak mungkin ah beliau bersalah. 🙁
Aris     : Presiden Bashar Al-Assad juga pinter bahasa Arab, tapi dia membunuh rakyatnya sendiri tuh…. 😕

Kata-kata Hasna di atas bisa dianggap sesat logika karena cara mengambil kesimpulannya tidak benar. Apakah kita bisa tahu kebaikan dan kesalehan orang dari kemampuan bahasa Arabnya? Memang kelihatannya simpel, tapi banyak orang yang sering tergelincir dalam sesat logika semacam ini. Mari kita lihat contoh lain:

Asna     : Si Firman dari tadi ke kamar mandi terus.
Aris     : Duh, penting banget sih. Emangnya kenapa?
Asna : Pasti gara-gara tadi dia tadi makan Pizza Hud. Emang dari dulu aku curiga kalo makanan itu nggak aman! 👿
Aris     : Bukannya Firman itu habis minum obat pencuci perut ya?

See? Mudah sekali bagi kita untuk membuat kesimpulan yang salah.

Dalam bahasa Inggris, kesesatan logika disebut logical fallacy. Aku lebih suka menyebutnya kengawuran. Orang yang melakukan fallacy itu seringkali bukan cuma salah tapi malah ngawur. Lihat saja komentator-komentator blog atau forum. Ada juga orang-orang yang sengaja membuat argumen yang ngawur untuk membenarkan pendapatnya. Lagipula, sesat itu kayak aliran agama saja. 😆

Ada banyak jenis kesesatan kengawuran logika. In syaa Allah aku akan membahas beberapa jenis kesesatan logika di tulisan-tulisan selanjutnya.

Kalau ada yang mau membaca beberapa jenis kesesatan kengawuran logika, ada beberapa tautan yang bermanfaat:

Sesat Pikir Logika dalam Politik. Menjelaskan berbagai ngawur-logika sehari-hari terutama yang nyerempet politik.
Argumentum ad Pusingam. Agak teknis tapi membantu memahami ngawur-logika dari segi ilmu logika sendiri.
Wikipedia Indonesia: Kesesatan. Meski penulisannya nggak teratur, contoh-contoh ngawur-logika yang diberikan di sini mudah dipahami.
Wikipedia Inggris: List of Fallacies. Daftar dan penjelasan singkat yang sangat komplet tentang ngawur-logika.

5 Comments
In word we trust