Skip to content

Tag: psikologi terapan

“Nggak maksud ngejek sih, tapi…”

X
Eh, lagi ngapain? 😀

Y
Lagi bikin gambar anatomi nih. 🙂

stickman
X
(terdiam)
Nggak maksud ngejek sih, tapi kok kayaknya kurang proporsional ya…. 🙁

Y
Eh, uasem, der Hund! Kalo mau ngejek ngejek aja, gausah pake tapi-tapian! 👿

X
Lho, aku kan nggak– 😕

Y
Alah, mau alasan apa, ha? Kata-katamu aja udah nunjukin kalo kamu emang niatnya ngejek. 😡

Apa iya Si X yang nggak sensitif atau Si Y aja yang alayPedantically speaking, Si Y ada benarnya juga. Lah, kok bisa?

Perhatikan kalimat ini:

Nggak maksud ngejek sih, tapi kok kayaknya kurang proporsional ya….

Seperti yang kita lihat, kalimat ini mengandung dua bagian (istilah resminya klausa). Keduanya dihubungkan kata tapi. Kata tapi pada dasarnya menunjukkan pertentangan antara bagian pertama dan kedua. Kalau kita baca bagian pertamanya saja:

Nggak maksud ngejek sih, tapi…

berarti kata-kata yang keluar setelah itu adalah ejekan. Iya kan? :mrgreen:

Waktu SMP dulu aku pernah membaca buku ‘psikologi’ terapan (lupa judulnya) yang membahas masalah semacam ini. Di sana dikatakan, kalau ada orang yang bicara begitu padamu, berarti dia sedang mengejekmu secara tidak langsung. Aku sendiri tidak setuju. Kebanyakan orang bilang seperti itu karena tidak tahu makna sebenarnya dari kata-kata mereka. Inilah bahasa lisan yang seringkali suka mbeleset dari kaidah bahasa yang baku. Apalagi bahasa kita, bahasa Indonesia, yang kebanyakan penuturnya buta soal grammar.

Tapi lain lagi kasusnya kalau kata-kata ini diniatkan untuk mengejek, dengan sedikit bermain kata…. 🙄

Menurut sampean?

1 Comment
In word we trust