Skip to content

Tag: impresif

Ekspresi/Impresi

Mana yang lebih sesuai dengan dirimu, ekspresif atau impresif?

Waktu pertama kali ditanya ini, aku memilih impresif. Ya, jelaslah, karena aku bukan orang yang ekspresif. Aku tipe orang yang lebih suka dengan kesan daripada tindakan.

Eh, sebenarnya apa sih maksud pertanyaan ini? Ekspresif mencerminkan bahwa seseorang hanya tertarik untuk memperhatikan tindakan-tindakan yang dilakukannya. Sedangkan impresif berarti bahwa seseorang cenderung melihat apa yang dipikirkan orang lain atas tindakan-tindakannya. Singkatnya, orang yang ekspresif fokus pada tindakannya sedangkan orang yang impresif fokus pada kesan orang lain atas apa yang ia lakukan.

Ternyata kecendurang impresifku sangat kuat. Think before (you) act, kata orang. Memang, setiap hal yang dilakukan akan ada konsekuensinya. Tapi konsekuensi yang terpikir olehku selalu berupa pendapat orang. Jika aku melakukan sesuatu, aku pasti berpikir dalam-dalam bagaimana orang lain akan memandang pekerjaanku itu. Bisa saja mereka memuji, bersikap biasa, atau malah mencibir. Hal seperti inilah yang membuatku sering ragu-ragu untuk melakukan sesuatu. Kadang, aku nggak melakukan hal yang seharusnya kulakukan karena keragu-raguan ini.

Kenapa SBY dibilang peragu? Menurut analis-analis politik (entah yang mana), SBY punya kecenderungan menjaga citra (image). Pak SBY selalu menjaga supaya impresi orang terhadap beliau tetap baik. Setiap ada permasalahan, Presiden selalu berhati-hati dalam membicarakannya. Dengan gaya bicara yang diplomatis dan tidak frontal, beliau berusaha menghindari ada pihak yang tersinggung. Tujuannya ya supaya citra sebagai Presiden yang santun tetap terjaga. Tapi ujung-ujungnya, Pak SBY malah dicap peragu dan tidak punya pendirian karena tidak bisa melakukan tindakan-tindakan yang radikal.

Kira-kira seperti itulah akibatnya berpendirian impresif. Aku sendiri menduga, Pak SBY sebenarnya punya rencana-rencana dan pemikiran yang bagus. Tapi ketika melaksanakannya, beliau harus berhadapan dengan orang-orang yang kontra terhadap rencananya. Dan ketika pihak kontra ini sudah berkelakar, tuduhan-tuduhan yang tidak baik akan beredar. Tentu sebagai seorang pemimpin negara, beliau tak ingin nama baiknya (yang mewakili negara) tercemar. Oleh karena itu Presiden mencoba bersikap tidak terlalu tegas dan diplomatis.

Belajar dari kisah Pak SBY di atas, aku mulai berpikir lagi tentang sikap impresifku. Sebenarnya nggak ada yang salah dengan memperhatikan pendapat orang. Tapi kalau kita mau mengikuti kata orang lain terus-terusan, lalu kapan kita bisa mengambil pendirian sendiri?

 

Leave a Comment
In word we trust