Skip to content

Tag: doktrin

Kritik atas Analogi

Analogi sebenarnya diciptakan untuk memudahkan penalaran, bukan sebagai bagian dari proses menalar itu sendiri. Tapi kebanyakan orang yang ingin menyampaikan hikmah (seperti mubalig atau motivator) merumuskan semua pesan yang ingin mereka sampaikan dengan cara membuat analogi. Akibatnya, seringkali pemahaman orang hanya terpaku pada analoginya dan bukan hal yang dianalogikan.

Memakai terlalu banyak analogi hanya bakal membatasi pemikiran kita. Oleh karena itu, gunakan analogi seperlunya. Jika suatu hal bisa dipahami tanpa harus disederhanakan dengan analogi, apa salahnya kalau disampaikan langsung?

Kalau kau berpikiran bahwa menghindari analogi berarti mengabaikan keindahan, pikirkan lagi. Metafora, analogi, pengandaian, atau apapun namanya tidak selamanya membuat suatu ide menjadi indah. Malahan, gambaran-gambaran itu akan memicu kerancuan dan perbedaan tafsir yang merusak esensi ide yang kausampaikan. Majas bukan cuma metafora, ada belasan majas lain yang bisa digunakan untuk memperindah penyampaian gagasanmu.

Hati-hatilah, karena bergantung pada analogi adalah salah satu tanda malas berpikir. Ketika orang malas berpikir, maka ia akan kehilangan kekritisan terhadap ide-ide yang ia peroleh. Saat kekritisan kian tumpul, jalan bagi indoktrinasi akan terbentang lebar.

2 Comments
In word we trust