Skip to content

Month: September 2012

Alhamdulillah

Kira-kira bulan Juli tahun 2010, aku dan teman-teman sekelas disuruh menuliskan harapan selama di SMA (aku lupa itu buat apa).

September 2012, dua tahun lebih setelah itu aku mengingatnya kembali di tengah perjalanan pulang sekolah. Bukan sebuah harapan yang tinggi memang, apalagi muluk-muluk.

Menjadi orang yang berguna bagi komunitas sekitar

Dua tahun lebih setelah menulis harapan itu aku bertemu dengan berbagai macam orang, mengenal mereka, serta berjuang bersama mereka. Mungkin pelajaran paling berharga yang pernah kudapat sampai sekarang adalah pentingnya sebuah kesatuan. Kelas, angkatan, organisasi, semuanya memberikan pengalaman yang unik.

Leave a Comment

975

musafir terbaring beratap langit

di pelupuk matanya ada bulan tengah purnama

langit benderang, bernyalakan bintang-bintang

dan mendapati dirinya di antara padang pasir

tanpa ujung, sekujur tubuhnya menggigil

kedinginan, tersesat, tak tahu arah pulang

Leave a Comment

In Medias Res

Aku sebenarnya sudah menemukan masalah menulisku sejak lama, tapi sampai sekarang belum banyak yang berubah dari caraku menulis. Salah satu kesalahan terbesar yang kulakukan adalah suka bertele-tele dalam membahas sesuatu. Aku sendiri sadar, baik ketika berbicara atau menulis aku selalu menggunakan kalimat yang panjang dan penjelasan awal yang sebenarnya terlalu jauh dari bahasan sebenarnya.

Misalnya waktu ditanya soal bagian mikroskop apa yang menghasilkan bayangan. Aku pertama-tama menjelaskan apa itu bayangan, bagaimana cara ia terbentuk dan dipantulkan, lalu menjelaskan cara mikroskop hingga akhirnya sampai pada soal tadi. Seharusnya penjelasan seperti itu bisa dipotong dengan langsung menjelaskan bagian mikroskop yang ditanyakan tadi.

Tulisan ini pun juga rasanya bertele-tele. Bahkan kalimat pertama di tulisan ini sebenarnya cuma basa-basi. Kalimat-kalimatnya terlalu panjang, kata-kata yang kupakai juga entah kenapa masih terasa kaku. Mungkin ini karena aku kurang banyak membaca tulisan-tulisan populer (misalnya, artikel di koran dan majalah atau postingan blog orang lain).

Aku jadi ingat Sejarah Tuhan, salah satu buku yang paling kucari-cari dari SMP dan baru berhasil kubeli minggu ini. Ada sekitar 800 halaman, yang berisi 14 bab, dan setiap bab punya sekitar 50-70 halaman. Paragraf yang dipakai Karen Armstrong begitu panjang sampai-sampai aku sering menemukan paragraf yang panjangnya lebih dari satu halaman. Dan yang paling parah, tidak ada subjudul atau subbahasan sama sekali di setiap bab. Sehingga, pembaca yang lambat dan tidak terampil sepertiku mungkin akan susah untuk menarik informasi.

Apa yang Sebenarnya Mau Ditulis di Tulisan Ini

In medias res, kalau diterjemahkan kira-kira berarti di tengah-tengah bahasan. Ini adalah teknik penulisan (biasanya dalam cerita) yang menggunakan bagian tengah tulisan sebagai permulaan tulisan itu. Misalnya, paragraf pertama di sebuah fiksi fantasi yang menggunakan teknik ini bisa berbunyi:

Arthur terpelanting jauh hingga helm besinya membentur batu karang karena sapuan ekor naga bersisik emas itu. Sekujur tubuh Sang Naga memancarkan kilauan yang menakutkan, seolah hendak meledak di antara tentara-tentara Raja Charles XX yang memburu naga berhadiah segunung emas itu.

Intinya

Aku harus belajar untuk lebih ringkas lagi dan lebih terstruktur dalam menyampaikan sesuatu. Dan katanya, menulis bisa menjadi salah satu bentuk latihannya. kesimpulannya, aku harus berlatih menulis.

3 Comments
In word we trust