Waktu itu masih pagi buta. Aku bergegas menuju lapangan lalu segera mengenakan tanda pengenalku. Di lapangan, sudah ada beberapa orang lain sepertiku yang sedang bersiap-siap, dan salah satunya berkata, “Wah, paling mek nang kene yo onok acara sing nggenah koyok ngene.” Aku menjawab dalam hati, “yo gak ngono sisan rek.”
Jawabanku tidak salah. Masih banyak pejuang-pejuang di tempat lain yang mungkin kita tidak tahu yang dapat melakukannya jauh, jauh lebih baik dari kita. Dan mungkin, tantangan yang mereka hadapi bisa jadi lebih besar dari kita.
Maaf, aku hanya ingin berpesan bagi kawan-kawanku yang berjuang: jangan takabur. Jangan merasa bahwa kita sudah menjadi yang terbaik. Kita hanya terkurung pada pandangan yang sempit, bahwa semua jalan pemikiran dan perbuatan kita sudah benar. Bahkan, kita masih perlu menempuh jalan yang jauh untuk sampai pada kebenaran. Dan karena ketakaburan itulah kita sekarang harus menanggung akibatnya (semoga hanya untuk saat ini saja).
Sudah banyak yang mau belajar dari kita. Tapi ingatlah, kita sendiri tetap harus belajar. Masih banyak carut-marut yang harus diperbaiki. Masih bertumpuk masalah yang harus diatasi. Dan mungkin, di luar sana akan kita temukan solusinya.
Lihatlah keluar sana dan temukan pembelajaran-pembelajaran baru. Bukankah kita semua adalah pembelajar yang dinamis?
Be First to Comment