Skip to content

Antariksa Akhmadi Posts

1028

Another batch of nostalgic bouts. Do you remember this song?

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=sje7LYCyFVs]

IIRC, that anime was aired in around 2004-2005 at the same time slot as Shaman King. That was when anime still became the primary kids’ watch. I’m not going into the back-then-and-now polemic. It’s true, however, that lesser and lesser anime are being aired nowadays. And most of which are just among the countless re-runs of the old, long, re-running series like Dragon Ball or Doraemon (in fact, it’s been airing even before I was put into conception).

At least, they should give kids more to watch than just crappy news and sinetron.

I think the end of anime in Indonesian television came in 2008 with Kekkaishi. That was the last time there was a good recent anime with good translation quality aired. Afterwards, I haven’t seen any good new anime to be aired on public local TV stations. “Fortunately we were kids back then,” one of my friends said. Well, it’s true.

Leave a Comment

1021

It’s December already. So what? I realized how little have I accomplished for nearly a year. Weeell, anyhow, I just feel not like blogging these times around. But, I feel obliged (?) to at least keep my blog updated.

And so this post was made. [sarcasm]Enjoy.[/sarcasm]

1 Comment

Prometheus

(bukan gambaran mitologis)

aku tinggal sendiri di dalam gua-gua plato oh kalau kuingat tak ada apa-apa selain bayang-bayang api di dinding tapi biarlah toh kan kucuri api itu dan kubagikan kepada:

umat manusia!

Leave a Comment

1004

Waktu itu masih pagi buta. Aku bergegas menuju lapangan lalu segera mengenakan tanda pengenalku. Di lapangan, sudah ada beberapa orang lain sepertiku yang sedang bersiap-siap, dan salah satunya berkata, “Wah, paling mek nang kene yo onok acara sing nggenah koyok ngene.” Aku menjawab dalam hati, “yo gak ngono sisan rek.”

Jawabanku tidak salah. Masih banyak pejuang-pejuang di tempat lain yang mungkin kita tidak tahu yang dapat melakukannya jauh, jauh lebih baik dari kita. Dan mungkin, tantangan yang mereka hadapi bisa jadi lebih besar dari kita.

Maaf, aku hanya ingin berpesan bagi kawan-kawanku yang berjuang: jangan takabur. Jangan merasa bahwa kita sudah menjadi yang terbaik. Kita hanya terkurung pada pandangan yang sempit, bahwa semua jalan pemikiran dan perbuatan kita sudah benar. Bahkan, kita masih perlu menempuh jalan yang jauh untuk sampai pada kebenaran. Dan karena ketakaburan itulah kita sekarang harus menanggung akibatnya (semoga hanya untuk saat ini saja).

Sudah banyak yang mau belajar dari kita. Tapi ingatlah, kita sendiri tetap harus belajar. Masih banyak carut-marut yang harus diperbaiki. Masih bertumpuk masalah yang harus diatasi. Dan mungkin, di luar sana akan kita temukan solusinya.

Lihatlah keluar sana dan temukan pembelajaran-pembelajaran baru. Bukankah kita semua adalah pembelajar yang dinamis?

Leave a Comment
In word we trust