Skip to content

Category: Life updates

1004

Waktu itu masih pagi buta. Aku bergegas menuju lapangan lalu segera mengenakan tanda pengenalku. Di lapangan, sudah ada beberapa orang lain sepertiku yang sedang bersiap-siap, dan salah satunya berkata, “Wah, paling mek nang kene yo onok acara sing nggenah koyok ngene.” Aku menjawab dalam hati, “yo gak ngono sisan rek.”

Jawabanku tidak salah. Masih banyak pejuang-pejuang di tempat lain yang mungkin kita tidak tahu yang dapat melakukannya jauh, jauh lebih baik dari kita. Dan mungkin, tantangan yang mereka hadapi bisa jadi lebih besar dari kita.

Maaf, aku hanya ingin berpesan bagi kawan-kawanku yang berjuang: jangan takabur. Jangan merasa bahwa kita sudah menjadi yang terbaik. Kita hanya terkurung pada pandangan yang sempit, bahwa semua jalan pemikiran dan perbuatan kita sudah benar. Bahkan, kita masih perlu menempuh jalan yang jauh untuk sampai pada kebenaran. Dan karena ketakaburan itulah kita sekarang harus menanggung akibatnya (semoga hanya untuk saat ini saja).

Sudah banyak yang mau belajar dari kita. Tapi ingatlah, kita sendiri tetap harus belajar. Masih banyak carut-marut yang harus diperbaiki. Masih bertumpuk masalah yang harus diatasi. Dan mungkin, di luar sana akan kita temukan solusinya.

Lihatlah keluar sana dan temukan pembelajaran-pembelajaran baru. Bukankah kita semua adalah pembelajar yang dinamis?

Leave a Comment

Untuk Generasi Perubahan

[2012]

Dengan mengucap nama Tuhanku, akan kuteruskan perjuangan ini.

Aku bukanlah panah yang lupa pada busurnya, melainkan ibarat pedang yang setia pada tuannya. Kurasakan berkali-kali asahan dan tempaan hingga aku menjadi sangat tajam, dan aku siap menggantikan yang terdahulu.

Aku tidak peduli seberapa kuat musuhku saat itu karena aku dibuat bukan untuk menorehkan luka, bukan pula mematikan, melainkan menjaga tuanku.

Aku tak mau berdiam diri hingga karat menyelimuti. Bersama pedang lainnya akan kutebas penjajah pengancam tuanku, menuntaskan mimpi yang terdahulu dan mengusahakan yang terbaik bagi penggantiku.

Meski gagal menghampiri, aku akan terus mengasah, mengalahkan ketumpulan diri. Karena medan laga adalah pembelajaran bagiku.

Aku bukan senjata nomor satu, namun aku yakin Tuhan tahu tanpa aku berucap. Tuhan mengerti maksud hati hanya dengan aku percaya: bahwa aku sedang dibutuhkan dan kepadaku tuanku berharap.

Kayaknya masih banyak yang salah deh, terutama kalimat pertama.

4 Comments

Alhamdulillah

Kira-kira bulan Juli tahun 2010, aku dan teman-teman sekelas disuruh menuliskan harapan selama di SMA (aku lupa itu buat apa).

September 2012, dua tahun lebih setelah itu aku mengingatnya kembali di tengah perjalanan pulang sekolah. Bukan sebuah harapan yang tinggi memang, apalagi muluk-muluk.

Menjadi orang yang berguna bagi komunitas sekitar

Dua tahun lebih setelah menulis harapan itu aku bertemu dengan berbagai macam orang, mengenal mereka, serta berjuang bersama mereka. Mungkin pelajaran paling berharga yang pernah kudapat sampai sekarang adalah pentingnya sebuah kesatuan. Kelas, angkatan, organisasi, semuanya memberikan pengalaman yang unik.

Leave a Comment

09112010

Aku tahu bahwa langit impian itu tak berbatas, namun terhalang oleh atmosfer keraguan. Membiaskan cahaya harapan, menciptakan batas semu. Aku ingin melesat cepat bagai cahaya, menembus gugus-gugus galaksi tempat impian-impianku berkumpul dan berkilau. Kilau sinar reaksi fusi atom perjuangan dan mimpi. Di sini aku percaya bahwa realistis bukanlah pesimistis, namun realistis adalah melakukan hal terbaik di titik di mana aku berpijak.

Dan dari semua itu, hal yang paling indah dari pencapaian adalah pahit-manis perjuangan.

Entah kenapa waktu pertama kali hapal ini kerasanya panjang banget.

Leave a Comment
In word we trust