Ada sebuah perkataan dari orator Romawi Horatius:
Dimidium facti qui coepit habet; sapere aude;
incipe!
Siapa yang memulai telah menyelesaikan separuhnya; beranilah untuk mengetahui, mulailah!
Kenapa harus berani untuk mengetahui, bukan sekedar carilah pengetahuan atau tuntutlah ilmu saja? Menurutku, mungkin karena dalam menggali pengetahuan memang butuh keberanian.
Katanya, ignorance is bliss. Tidak tahu adalah kenikmatan. Sebab ketika orang punya pengetahuan lebih, wawasannya akan lebih luas. Dan ketika orang yang berwawasan luas menghadapi suatu masalah, maka ia terpaksa harus memandang persoalan lebih luas dan berpikir lebih keras ketimbang orang yang tidak terlalu berilmu.
Bahkan, semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, maka masalah kita akan bertambah. Kita harus memikirkan masalah yang sebelumnya tidak kita pikirkan. Dan seringkali itu bukan sesuatu yang penting juga untuk dipikirkan. – –
Mengapa kita bisa berbahasa?
Mengapa 1 +1 = 2 ?
Bagaimana kita bisa berpikir atau melihat?
Apakah alien itu ada, atau apakah kiamat akan jatuh tanggal 21 Desember tahun depan? #eh
Kadang-kadang, pengetahuan itu bisa menjadi sesuatu yang tidak disukai. Galileo dipenjara karena menentang ide bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Darwin diolok-olok sampai sekarang karena mengemukakan bahwa nenek moyang semua makhluk hidup adalah sama. Ada orang yang terusik ketika ada diskusi soal filsafat, atau ada juga yang merasa terusik ketika ada kajian ilmu agama. Buat saya, dua-duanya sama-sama aneh sih. :/
__________
Gambar diambil dari Wikimedia Commons melalui Wikipedia.
2 Comments